Minggu, 7 oktober 2012
“
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..”, teriakku saat aku tersentak kaget mendengar suara
handphone ku yang udah buat aku jatuh dari dunia mimpi. “ Aduch, siapa sih yang
ganggu pagi-pagi buta gini?”, pikirku kesal sambil tanganku meraba-raba di atas
meja untuk mengambil handphone. Ku usap-usap kedua mataku, lalu mengangkat
telepon dari pacarku.
“ Wira sayang, ngapain sih kamu nelpon pagi buta
gini ? Ku masih ngantuk tahu. Mataku masih pengen tidur lagi. Kamu nggak punya
kerjaan ya ?”, ceroscosku saking kesalnya dengan bangetan Wira.
“ Varin sayang, jangan marah-marah gitu dong. Ntar
kelihatan jelek lo.”
“
Biarin! Emang dasarnya gue jelek. Asal loe tahu aja ya, gue ampek jatuh dari
tempat tidur gara-gara loe.”
“ Ups… maaf. Tapi lihat jam dulu dong sayang.”
“ Sayang-sayang, (menoleh ke arah jam), what ? Jam 7 ? Wich aku telat nih! Nggak mandi aja dech!”
“ Ups… maaf. Tapi lihat jam dulu dong sayang.”
“ Sayang-sayang, (menoleh ke arah jam), what ? Jam 7 ? Wich aku telat nih! Nggak mandi aja dech!”
“
HAhaha. Ih, bau ah! Ntar tamunya lari lagi Rin.”
“ Ah, nggak bakal. Ku udah pakek parfum yang banyak kok. Udah dulu ya Wir, aku mau berangkat!”
“ Iya-iya. Tapi ingat sembahyang dulu ya RIn. And jangan lupa, hati-hati ya. Bye bye, I Love You.”
“ Iya Wir, thank’s. love you too.”
“ Ah, nggak bakal. Ku udah pakek parfum yang banyak kok. Udah dulu ya Wir, aku mau berangkat!”
“ Iya-iya. Tapi ingat sembahyang dulu ya RIn. And jangan lupa, hati-hati ya. Bye bye, I Love You.”
“ Iya Wir, thank’s. love you too.”
Ku
tutup telepon dari Wira dan bergegas ke kamar mandiuntuk cuci muka. Setelah
berias diri aku langsung sembahyang lalu pamitan dengan Ibu kost. Aku pun
berangkat menuju lokasi hotel yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kost ku. Senangnya,
pagi-pagi jalan kaki bareng teman-teman kost, sambil menghirup udara pagi
Kintamani. Hmmm, sejuk!
Setibanya
di hotel, kami mengabsen diri lalu ke tempat training masing-masing. Dan
kebetulan hari aku mendapat tugas di service guide. Aku langsung menuju lokasi
service guide. Selesai bersih-bersih, seniorku pun datang dan menanyakan dengan
siapa aku tugas hari ini. Aku hanya menggelengkan kepalaku, pertanda aku nggak
tahu dan aku memang nggak pernah peduli dengan hal itu. Saat seniorku yang
bernama Yasa mau melihat schedule training, seorang cowok pun memasuki service
guide.
“ maaf ya kak. Aku telat!”, ucapnya saat di depan
pintu.
“
Tugas di sini ya ?”
“ Iya kak.”
“ Siapa ya cowok ini ? Belum pernah ku melihat dia selama aku training.”, pikirku dalam hati.
“ Iya kak.”
“ Siapa ya cowok ini ? Belum pernah ku melihat dia selama aku training.”, pikirku dalam hati.
“ kok ngelamun ?”, Tanya cowok itu padaku.
“ Nggak kok.!”, jawabku singkat. Lalu ku berlalu
meninggalkannya.
Sore
menjelang, nggak nyangka waktu begitu cepat berlalu. Lelah banget ku hari ini.
Tapi kenapa ku teringat sama cowok itu. Dan kenapa juga aku nggak kenalan sama
dia. Begok aku ah!
“ Mikirin apa sih Rin ?”, Tanya Vhani padaku.
“ ah, aku Cuma ingat sama cowok yang tadi ku ajak
tugas di service guide Vhan.”
“ Oh, Nino. “
“ Siapa namanya ?”
“ Nino. Kenapa ? Suka ya sama Nino ?”
Ku
menggelengkan kepalaku. Nggak nyangka aku bakal kenal sama cowok hari ini.”
Nino, Nino, Nino…”, ucapku dalam hati. Cowok lucu dan seru,hmmm menarik.
Keesokan
harinya, aku berangkat ke hotel seperti biasa. Sayang, hari ini aku nggak tugas
di service guide. Dan aku pun nggak tahu, cowok itu sebenarnya training di
bagian mana. Ya, ku hanya berharap bisa bertemu dengannya lagi.
Ternyata
do’aku terkabulkan. Saat aku ke kitchen, aku melihat Nino. Tak ku sanggka dia
berada di bagian kitchen. Aku bakalan sering-sering ketemu sama dia nih.
Hari
demi hari berlalu, tak terasa aku sudah 6 minggu berada di hotel itu. Dan hampir
setiap hari aku bertemu dengan Nino. Aku tak tahu, apa yang sedang ku rasakan
sekarang. Tapi yang pasti, hatiku merasa senang bila bisa melihat Nino. Andai
kan saja aku punya nomor handphone-nya. Pasti aku bisa lebih dekat dengannya.
Malam
ini dingin banget. Wira nggak bisa nelpon kau karena dia nggak punya pulsa.
HPku terasa sepi. Mau nelpon, pulsaku tinggal 500. Hanya bisa untuk SMS-an aja.
Tiba-tiba sebuah nomor baru masuk di handphone ku. Karena tak ada yang ku ajak
SMS-an. Aku ladeni saja dia.. ternyata pemilik nomor handphone itu adalah Nino.
Dan tanpa basa basi apapun, Nino langsung nembak aku. Aku nggak nyangka, kalau
ternyata dia suka sama aku. Tapi, untuk saat ini aku belum bisa nerima dia. Aku
nggak mau menduakan Wira. Karena aku sayang banget saama Wira.
Hari
demi hari berlalu, Nino tak pernah menyerah. Dia begitu perhatian sama aku.
Berbeda dengan Wira, yang memang dari dulu nggak bisa perhatian sama aku.
Sedikit demi sedikit. Hatiku di luluhkan oleh Nino. Hingga suatu hari, saat dia
mencoba untuk menembak aku yang kelima kalinya. Tak bisa ku hindari, aku tak
tahu bagaimana aku bisa menerima dia. Sedangkan di sisi lain, Wira masih
pacarku.
Semakin
lama, aku semakin bingung. Aku tak bisa membohongi Wira. Aku nggak mau
menyakiti dia. Dan pada akhirnya, aku pun mengatakan yang sesungguhnya pada
Wira, bahwa aku sudah memiliki pacar lain, yaitu Nino. Tapi sayang, Wira nggak
mau ngerti sama aku. Dia pikir aku udah nggak sayang lagi sma dia. Hingga
akhirnya dia memutuskan hubunganku dengannya. Tak dapat ku ingkari, sakit hati
ini menerima kenyataan bahwa Wira bukan milikku lagi. Dan rasa sayangku
untuknya, masi ku pendam entah sampai kapan.
Waktu
terus berlalu, tak terasa masa trainingku telah usai. Dan besok adalah hari
terakhir aku melihat Nino. Jujur, aku sedih untuk menghadapi hari esok. Karena
aku akan meningglkan Nino dan senior-seniorku. Aku juga akan meningglkan semua
kenanganku dengan Nino. Karena aku dan Nino tak memiliki harapan untuk bersama.
Jarak kami terlalu jauh.
Hari
ini, semua terlihat sedih. Perpisahan untuk para training, senior-seniorku
banyak yang menangis. Membuat hatiku semakin sedih, dan tak mampu berucap
sepatah kata pun. Begitu pula aku dan Nino. Kami hanya bisa diam dan hanya bisa
menatap satu sama lain. Hingga akhirnya, dia mulai bicara,
“ Rin, kayaknya kita nggak bisa lanjut lagi dech!”
Mendengar
ucapan Nino, aku nggak bisa menjawab apa-apa. Hanya air mataku yang terus
mengalir di pipiku.
“ kamu jangan nangis. Aku harap kamu nggak kecewa
sama aku. Dan maafin semua kesalahan aku selama ini ya Rin.”
Hanya
itu yang Nino ucapkan untuk terakhir kalinya padaku. Acara perpisahan usai, ini
pun pertanda bahwa training ku telah usai. Aku pun kembali ke kampung
halamanku. Tempat dimana aku memiliki banyak kenangan dengan Wira, cowok yang paling
ku sayang namun pada akhirnya meninggalkanku. Orang tuaku pun bertanya-tanya
mengapa aku bisa putus dengan Wira. Memang nasibku kurang beruntung. Tapi kalau
jodoh, nggak bakalan kemana-mana. Yang aku tahu sekarang, Aku sayang bangett
sama Wira dan aku masih menyimpan sedikit rasa suka dengan Nino,
By:
Ni Luh Dea Elsa Anggreni
0 komentar:
Posting Komentar