Kamis, 07 Maret 2013

Puisi KAU



Karya : Zizy

Kau bagaikan sinar yang terangi kegelapan hidupku
sunyi hampa hilang karnamu
ceria bahagia saat kau di dekat ku

kau bagaikan matematika yang sangat rumit
susah di tebak seperti teka-teki
namun indah bagai bahasa indonesia
seperti agama berikan makna sebuah insan

KAU.....
bagai bahasa inggris
susah tuk di terjemahkan
kimia pun tak bisa berkata alami atau ilmiah
fisika pun berhenti berhitung

Kau membawa sebuah keindahan
yang orang lain tak punya




Puisi KARENAMU



Andai ku bisa
Ku ingin tak memiliki mata
Agar ku tak bisa melihatmu
Ku tak ingin memiliki hidung
Karena ku tak mau mencium aromamu
Ku tak ingin memiliki telinga
Karena ku tak mau mendengar suaramu
Ku tak ingin memiliki mulut
Agar ku tak selalu menyebut namamu
Ku tak ingin memiliki tangan
Agar ku tak selalu ingin mendekapmu
Ku tak ingin memiliki kaki
Karena kaki ini senantiasa selalu ingin mendekatimu
Aku nggak ingin memiliki otak
Karena ku ingin berhenti memikirkanmu
Aku juga ingin amnesia
Agar ku tak selalu mengingatmu
And
Aku nggak mau pernah mengenal cinta
Karena kamu udah buat ku kecewa


Puisi Cinta Yang Gugur



Cinta yang gugur

Kau mulai abaikan aku
Saat cinta ini mulai tumbuh
Dan bersemi di hatiku
Aku tak bias melawan
Dan k u tenggelam
Hanyut dalam genangan rasa
Saat rindu ini memuncak
Ku hanya bias membisu
Tak satu kata pun bias ku ucap
Aku hanya bias memendam
Dalam diri hanya ada duka
Cinta yang gugur
Terpendam selamanya

Tuti
SMK Giri Pendawa

Cerpen Satu Dalam Perbedaan



Minggu, 12 Desember 2012

“SATU  DALAM  PERBEDAAN”

            Cinta itu indah, banyak orang yang berpendapat seperti itu. Begitu pula aku. Namaku Lioni, aku seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruan jurusan pariwisata. Dan menurut aku, cinta itu rumit, lucu, aneh, membingungkan, tapi menarik.
“Hay Nir.”, sapaku pada Nirmala.
“Hay juga Ni.”
“Mau kemana kamu?”
“Ke perpustakaan. Ikut?”
Of course.
            Aku dan Nirmala pun pergi menuju ruang perpustakaan. Saat aku melewati kelas Ap4 yang merupakan kelas jurusan Housekeeping atau Tata Graha, aku melihat sesosok cowok yang telah menawan hatiku. Geon, ya nama cowok itu adalah Geon. Yang aku tahu dia cowok yang jutek dan dingin. Tapi entah kenapa aku bisa suka sama dia.
            Sesampainya aku di perpustakaan, aku langsung menuju ke tempat novel. Dan saat aku aku akan mengambil buku itu, sebuah tangan lain juga telah memegang buku tersebut.
“Buku ini aku duluan yang….”
            Tak ku lanjutkan kata-kataku, karena ketika ku melihat ke arah pemilik tangan itu adalah Geon.
“Yang apa?”
“Yang…yang… ach, nggak jadi!”
            Aku pergi meninggalkan Geon dan buku itu. “OMG, Geon!”, ucapku dalam hati. Aku pun kembali ke kelasku.
            Tet…tet…tet…
            Bunyi lonceng sekolah terdengar. Pertanda bahwa pelajaran untuk hari ini telah usai. Tapi entah mengapa aku terus memegang tanganku yang tadi disentuh oleh tangannya Geon, dan aku selalu ingat kisah tadi di perpustakaan.
“Hay Ni, pulang yuk.”, ucap Nirmala mengagetkanku.
“Ach, bukunya buat kamu aja.”, ucapku spotan.
“Buku apa Ni? Ngelamun ya?”
“Ach, nggak kok. Apa sih!”
            Nirmala tertawa cekikikan. Untung aja aku nggak sebut namanya. Hampir aja ketahuan.
See you tomorrow, Nir”, ucapku pada Nirmala sambil melambaikan tanganku.
“Ok Ni. Hati-hati ya!”, balasnya yang juga melambaikan tangannaya.
            Seperti biasanya, aku pulang jalan kaki, sendiri pula. Tiba-tiba Geon telah berada di sampingku.
“Hay.”, sapanya.
“Hay juga.”, balasku. Namun ku belum menyadari kalau yang menyapaku adalah Geon.
“Kok sendiri?”, tanyanya lagi.
“Iya, emang setiap hari aku sendiri.”, ucapku sambil tersenyum lalu menoleh ke arahnya. “Geon?”, ucapku kaget.
“Iya, kenapa?”
“Ach, nggak kenapa.”
            “OMG, ternyata Geon.” Aku kaget banget saat aku tahu cowok yang di sebelahku itu ternyata Geon. “Sedang bermimpikah aku sekarang?”, tanyaku dalam hati.
“Kok bengong Ni?”
“Nggak, kok tumben jalan kaki?”
“Tumben?”
“Iya, tumben ku lihat.”
            Aku pun berjalan pulang dengan Geon. Ternyata Geon itu orangnya asyik dan seru banget.  Nggak nyangka aku, dibalik wajahnya yang tampak jutek itu ternyata dia orangnya menyenangkan.
            Waktu terus berlalu. Setiap hari aku pulang pergi sekolah dengan Geon. Ini yang membuat kami semakin akrab saja. Dan tepat tanggal 4 Desember, aku benar-benar nggak nyangka kalau Geon akan menyatakan perasaannya padaku. Seperti ku sedang berada dalam dunia mimpi saja. Namun kenyataan yang terjadi kini, q dan Geon memang udah pacaran.
            Pagi telah menjelang. Saatnya aku untuk menutup mimpi dan menyambut kenyataan. Handphoneku bordering, dan ternyata yang menelpon adalah Geon.
“Morning Lioni”
“Morning too.”
“Udah bangun?”
“Udah dong, udah mau mandi malah.”
“Oh. Ya udah, met ketemu ntar.”
            Belum sempat aku membalas ucapannya, telepnnya udah di matiin. “Dasar Mr.Jutek”, gumamku dalam hati.
            Terkadang ku kesal dengan sikap Geon yang super duper dan teramat simple. Dia tu nggak bisa perhatian sama aku. Kalaupun nelpon, Cuma ngomong sepatah dua patah kata, itu pun nggak romantis. Apalagi kalau SMS, jawabannya cuma oh, ya atau nggak, itu aja. Siapa yang nggak kesal coba. Ngakunya sih mau berubah, tapi nggak ada buktinya.
            Karena kebetulan hari ini libur, jadi Geon mengajakku jalan-jalan ke taman dan ke Pasar Minggu. Ini pertama kalinya aku jalan-jalan sama cowok. Pasti asyik!
            Setelah aku dan Geon puas berjalan-jalan di taman, kami pun langsung menuju ke Pasar Minggu.
“Jutek, beli baju yuk!”, ajakku pada Geon yang ku panggil jutek.
“Yuk. Kios sana aja ya!”, menunjuk kea rah kios tersebut.
            Tanpa pikir panjang lagi, kami langsung menuju kios yang berada di paling ujung tersebut. Lalu aku pun mengambil sebuah baju berwarna hitam.
“Jutek, bagus nggak?”
“Nggak ah, warnanya itu lo!”
“Tapi ini keren kan?”
“Nggak. (Mengambil baju yang berwarna putih), ini baru bagus dan keren namanya.”
“Aku nggak suka warna putih!”
“Tapi kamu bakal cocok pakai ini Ceri.”, ucap Geon padaku.
“Nggak!”
            Aku pun langsung meninggalkan si Jutek Geon di sana. Ku kesal dengan sikap Geon yang nggak pernah bisa mau mengalah. Apapun yang aku dan dia lakukan selalu saja memiliki perbedaan dan menimbulkan masalah.
            Handphoneku terus saja berdering dari tadi. Dan bukan orang lain lagi yang menelpon, sudah pasti Geon. Entah mengapa Geon memiliki rasa ego yang terlalu tinggi, buktinya apapun pendapatnya itu yang harus diikuti. Apabila ku berpendapat tak pernah di hiraukannya. “Dasar Jutek nyebelin!”, ucapku sambil memandangi fotonya.
            Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah seorang diri. Karena ku masih merasa kesal dengan Geon, jadi ku tinggal dia. Lalu, tiba-tiba Geon telah berada di belakangku dan dia pun memanggilku.
“Lioni tunggu dong.”
“Apaan sih?”, tanyaku dengan nada kesal.
“Kok ngambek? Apa salahku Ceri?”
“ Kamu itu egoist tahu!”
“Nggak kok. Oh ya, nanti ke took buku yuk!”
“Nggak mau!”
“Ayolah Cer, mau ya?”
“Nggak!”
“Cantikmu hilang lo….”
“Biarin!”
“Ya udah deh kalau kamu nggak mau, aku nggak maksa!”
            Geon pun berlalu meninggalkanku, namun ku tetap saja pura-pura membuang muka. Saat ku melihat kedepan, Geon udah nggak ada di jalan itu. “Dasar Mr.jutek nyebelin, bukannya ngerayu biar nggak kesel lagi ech aku di tinggal, nyebelin, nyebelin!”, ucapku sambil menendangi kaleng yang tepat berada di hadapanku.
            Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju ruang kelasku dan tanpa basa basi dengan teman-temanku, ku langsung duduk di bangkuku.
“Hai Ni”, sapa Mala padaku
            Namun ku hanya tersenyum padanya.
“Aku tahu, pasti Geon.”, ucapnya lagi.
            Namun tetap saja aku nggak memberikan respon yang baik.
“Ya udah deh,harga kacang emang lagi mahal sekarang!”
            Mala pun akhirnya meninggalkanku sendiri di bangkuku. Tiba-tiba aja Geon datang dan tanpa permisi dia langsung duduk di sebelahku.
“Ngapain kamu kesini?”
“Nggak boleh?”
“Nggak!”
            Respon yang Geon berikan bukanlah yang aku harapkan. Seketika itu juga Geon meninggalkan aku tanpa mengucapkan apapun. “Ih, nyebelin!”, ucapku dalam hati.
            Sore menjelang dan tanpa ku sangka-sangka Geon ternyata datang ke rumahku.
“Ngapain sih kamu kesini?”
“Aku mau ngajak kamu jalan-jalan.”
“Nggak mau!”
“Mau…”
“Nggak!”
“Mauuu”
“Nggak. Pokoknya nggak!”
“kok kamu gitu sih ?”
“Karena kamu itu nyebelin banget!”
“kok nyebelin sih?”
“Ya, kamu itu nyebelin.”
“Hmm, tapi kamu suka kan?”
“Aaachhhh!”, ku nggak nyangka kalau Geon bakalan nanya kayak gitu.
“Ayo, jawab!”
“Apa-apaan sih kamu!”, ucapku tersipu malu.
“Udah dech, karang mau kan jalan-jalan?”
“Ya, ya …”
            Setelah pamitan sama Ibu aku, aku pun pergi dengan Geon.
“Ceri, minggu depan mau nggak nemenin aku ke pesta?”
“Pesta apa?”
“Pesta ulang tahun temen aku!”
“Gimana ya ?”
“Mau ya ?”
“OK”
            Geon pun tersenyum padaku, lalu ku bals senyumannya. Kami berdua pun terus menyusuri trotoar, hingga akhirnya kami masuk di salah satu mall.
“Lihat-lihat baju yuk!”
“Yuk!”
“hm, gimana kalau nanti ke pesta kita pakek warna baju yang sama?”
“Setuju, biar kompak dan kelihatan serasi.”
            Dalam hati ku berfikir, “Gimana mau pakek baju yang warnanya sama, warna favorite ku dan Geon nggak ada yang sama!”
“Kok ngelamun Ceri?”
“nggak kenapa kok!”
“Pakek baju putih yukz!”
“Udah ku tebak kamu bakalan ngajakin aku pakek baju putih!”
“Terus kamu maunya apa?”
“Warnanya biru atau hitam.”
“Ach, nggak keren. Mending merah, atau putih aja?”
“Nggak mau!”
“Kenapa sih kamu terus aja nggak mau?”
“Kenapa juga kamu nggak pernah mau ngikutin pendapat aku ?”
“Karena keinginanmu itu nggak selaaras sama aku.”
“ Ya sama.”
“Udah deh, ku capek berantem terus menerus sama kamu.”
“kamu fikir aku nggak?”
“Ok, lo emang itu yang kamu rasakan. Kita putus aja!”
“OK, kita putus!”
            Tanpa ku sadari ternyata ku terbawa emosi, sehingga aku mengucapkan kata itu pada Geon. Dan Geon pun meninggalkan aku di mall.
            Hari ini tak seperti hari kemarin. Tak ada lagi Mr.Jutek yang nyebelin menelponku. Sebenarnya aku tak ingin bubar sama Geon. Tapi, hal itu telah berlalu. Hubungan yang dulu sangat ku dambakan akhirnya telah kandas tak sesuai dengan harapan.
“Ternyata kangen juga aku sama kamu Jutek, walaupun kamu nyebelin tapi ngangenin!”, gumamku dalam hati.
            Kisah terdahulu terjadi lagi, pulang pergi sekolah sendirian. Terkadang aku sering mengenang kisahku dengan Geon. Terutama saat aku berantem dengannya
Karena perbedaan pendapat dan selera. Ternyata setelah menjadi kenangan hal tersebut sangat indah dan lucu, “I Miss You Jutek!”

image

Lorem ipsum dolor sit

Aliquam sit amet urna quis quam ornare pretium. Cras pellentesque interdum nibh non tristique. Pellentesque et velit non urna auctor porttitor.

image

Nunc dignissim accumsan

Vestibulum pretium convallis diam sit amet vestibulum. Etiam non est eget leo luctus bibendum. Integer pretium, odio at scelerisque congue.