Minggu, 12 Desember 2012
“SATU DALAM
PERBEDAAN”
Cinta
itu indah, banyak orang yang berpendapat seperti itu. Begitu pula aku. Namaku
Lioni, aku seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruan jurusan pariwisata. Dan
menurut aku, cinta itu rumit, lucu, aneh, membingungkan, tapi menarik.
“Hay Nir.”, sapaku pada Nirmala.
“Hay juga Ni.”
“Mau kemana kamu?”
“Ke perpustakaan. Ikut?”
“Of course.”
Aku
dan Nirmala pun pergi menuju ruang perpustakaan. Saat aku melewati kelas Ap4
yang merupakan kelas jurusan Housekeeping atau Tata Graha, aku melihat sesosok
cowok yang telah menawan hatiku. Geon, ya nama cowok itu adalah Geon. Yang aku
tahu dia cowok yang jutek dan dingin. Tapi entah kenapa aku bisa suka sama dia.
Sesampainya
aku di perpustakaan, aku langsung menuju ke tempat novel. Dan saat aku aku akan
mengambil buku itu, sebuah tangan lain juga telah memegang buku tersebut.
“Buku ini aku duluan yang….”
Tak
ku lanjutkan kata-kataku, karena ketika ku melihat ke arah pemilik tangan itu
adalah Geon.
“Yang apa?”
“Yang…yang… ach, nggak jadi!”
Aku
pergi meninggalkan Geon dan buku itu. “OMG, Geon!”, ucapku dalam hati. Aku pun
kembali ke kelasku.
Tet…tet…tet…
Bunyi
lonceng sekolah terdengar. Pertanda bahwa pelajaran untuk hari ini telah usai.
Tapi entah mengapa aku terus memegang tanganku yang tadi disentuh oleh
tangannya Geon, dan aku selalu ingat kisah tadi di perpustakaan.
“Hay Ni, pulang yuk.”, ucap Nirmala mengagetkanku.
“Ach, bukunya buat kamu aja.”, ucapku spotan.
“Buku apa Ni? Ngelamun ya?”
“Ach, nggak kok. Apa sih!”
Nirmala
tertawa cekikikan. Untung aja aku nggak sebut namanya. Hampir aja ketahuan.
“See you
tomorrow, Nir”, ucapku pada Nirmala sambil melambaikan tanganku.
“Ok Ni. Hati-hati ya!”, balasnya yang juga
melambaikan tangannaya.
Seperti
biasanya, aku pulang jalan kaki, sendiri pula. Tiba-tiba Geon telah berada di
sampingku.
“Hay.”, sapanya.
“Hay juga.”, balasku. Namun ku belum menyadari kalau
yang menyapaku adalah Geon.
“Kok sendiri?”, tanyanya lagi.
“Iya, emang setiap hari aku sendiri.”, ucapku sambil
tersenyum lalu menoleh ke arahnya. “Geon?”, ucapku kaget.
“Iya, kenapa?”
“Ach, nggak kenapa.”
“OMG,
ternyata Geon.” Aku kaget banget saat aku tahu cowok yang di sebelahku itu
ternyata Geon. “Sedang bermimpikah aku sekarang?”, tanyaku dalam hati.
“Kok bengong Ni?”
“Nggak, kok tumben jalan kaki?”
“Tumben?”
“Iya, tumben ku lihat.”
Aku
pun berjalan pulang dengan Geon. Ternyata Geon itu orangnya asyik dan seru
banget. Nggak nyangka aku, dibalik
wajahnya yang tampak jutek itu ternyata dia orangnya menyenangkan.
Waktu
terus berlalu. Setiap hari aku pulang pergi sekolah dengan Geon. Ini yang
membuat kami semakin akrab saja. Dan tepat tanggal 4 Desember, aku benar-benar
nggak nyangka kalau Geon akan menyatakan perasaannya padaku. Seperti ku sedang
berada dalam dunia mimpi saja. Namun kenyataan yang terjadi kini, q dan Geon
memang udah pacaran.
Pagi
telah menjelang. Saatnya aku untuk menutup mimpi dan menyambut kenyataan.
Handphoneku bordering, dan ternyata yang menelpon adalah Geon.
“Morning Lioni”
“Morning too.”
“Udah bangun?”
“Udah dong, udah mau mandi malah.”
“Oh. Ya udah, met ketemu ntar.”
Belum
sempat aku membalas ucapannya, telepnnya udah di matiin. “Dasar Mr.Jutek”,
gumamku dalam hati.
Terkadang
ku kesal dengan sikap Geon yang super duper dan teramat simple. Dia tu nggak
bisa perhatian sama aku. Kalaupun nelpon, Cuma ngomong sepatah dua patah kata,
itu pun nggak romantis. Apalagi kalau SMS, jawabannya cuma oh, ya atau nggak,
itu aja. Siapa yang nggak kesal coba. Ngakunya sih mau berubah, tapi nggak ada
buktinya.
Karena
kebetulan hari ini libur, jadi Geon mengajakku jalan-jalan ke taman dan ke
Pasar Minggu. Ini pertama kalinya aku jalan-jalan sama cowok. Pasti asyik!
Setelah
aku dan Geon puas berjalan-jalan di taman, kami pun langsung menuju ke Pasar
Minggu.
“Jutek, beli baju yuk!”, ajakku pada Geon yang ku
panggil jutek.
“Yuk. Kios sana aja ya!”, menunjuk kea rah kios
tersebut.
Tanpa
pikir panjang lagi, kami langsung menuju kios yang berada di paling ujung
tersebut. Lalu aku pun mengambil sebuah baju berwarna hitam.
“Jutek, bagus nggak?”
“Nggak ah, warnanya itu lo!”
“Tapi ini keren kan?”
“Nggak. (Mengambil baju yang berwarna putih), ini
baru bagus dan keren namanya.”
“Aku nggak suka warna putih!”
“Tapi kamu bakal cocok pakai ini Ceri.”, ucap Geon
padaku.
“Nggak!”
Aku
pun langsung meninggalkan si Jutek Geon di sana. Ku kesal dengan sikap Geon
yang nggak pernah bisa mau mengalah. Apapun yang aku dan dia lakukan selalu
saja memiliki perbedaan dan menimbulkan masalah.
Handphoneku
terus saja berdering dari tadi. Dan bukan orang lain lagi yang menelpon, sudah
pasti Geon. Entah mengapa Geon memiliki rasa ego yang terlalu tinggi, buktinya
apapun pendapatnya itu yang harus diikuti. Apabila ku berpendapat tak pernah di
hiraukannya. “Dasar Jutek nyebelin!”, ucapku sambil memandangi fotonya.
Keesokan
harinya, aku berangkat ke sekolah seorang diri. Karena ku masih merasa kesal
dengan Geon, jadi ku tinggal dia. Lalu, tiba-tiba Geon telah berada di
belakangku dan dia pun memanggilku.
“Lioni tunggu dong.”
“Apaan sih?”, tanyaku dengan nada kesal.
“Kok ngambek? Apa salahku Ceri?”
“ Kamu itu egoist tahu!”
“Nggak kok. Oh ya, nanti ke took buku yuk!”
“Nggak mau!”
“Ayolah Cer, mau ya?”
“Nggak!”
“Cantikmu hilang lo….”
“Biarin!”
“Ya udah deh kalau kamu nggak mau, aku nggak maksa!”
Geon
pun berlalu meninggalkanku, namun ku tetap saja pura-pura membuang muka. Saat
ku melihat kedepan, Geon udah nggak ada di jalan itu. “Dasar Mr.jutek nyebelin,
bukannya ngerayu biar nggak kesel lagi ech aku di tinggal, nyebelin,
nyebelin!”, ucapku sambil menendangi kaleng yang tepat berada di hadapanku.
Sesampainya
di sekolah, aku langsung menuju ruang kelasku dan tanpa basa basi dengan
teman-temanku, ku langsung duduk di bangkuku.
“Hai Ni”, sapa Mala padaku
Namun
ku hanya tersenyum padanya.
“Aku tahu, pasti Geon.”, ucapnya lagi.
Namun
tetap saja aku nggak memberikan respon yang baik.
“Ya udah deh,harga kacang emang lagi mahal
sekarang!”
Mala
pun akhirnya meninggalkanku sendiri di bangkuku. Tiba-tiba aja Geon datang dan
tanpa permisi dia langsung duduk di sebelahku.
“Ngapain kamu kesini?”
“Nggak boleh?”
“Nggak!”
Respon
yang Geon berikan bukanlah yang aku harapkan. Seketika itu juga Geon
meninggalkan aku tanpa mengucapkan apapun. “Ih, nyebelin!”, ucapku dalam hati.
Sore
menjelang dan tanpa ku sangka-sangka Geon ternyata datang ke rumahku.
“Ngapain sih kamu kesini?”
“Aku mau ngajak kamu jalan-jalan.”
“Nggak mau!”
“Mau…”
“Nggak!”
“Mauuu”
“Nggak. Pokoknya nggak!”
“kok kamu gitu sih ?”
“Karena kamu itu nyebelin banget!”
“kok nyebelin sih?”
“Ya, kamu itu nyebelin.”
“Hmm, tapi kamu suka kan?”
“Aaachhhh!”, ku nggak nyangka kalau Geon bakalan
nanya kayak gitu.
“Ayo, jawab!”
“Apa-apaan sih kamu!”, ucapku tersipu malu.
“Udah dech, karang mau kan jalan-jalan?”
“Ya, ya …”
Setelah
pamitan sama Ibu aku, aku pun pergi dengan Geon.
“Ceri, minggu depan mau nggak nemenin aku ke pesta?”
“Pesta apa?”
“Pesta ulang tahun temen aku!”
“Gimana ya ?”
“Mau ya ?”
“OK”
Geon
pun tersenyum padaku, lalu ku bals senyumannya. Kami berdua pun terus menyusuri
trotoar, hingga akhirnya kami masuk di salah satu mall.
“Lihat-lihat baju yuk!”
“Yuk!”
“hm, gimana kalau nanti ke pesta kita pakek warna
baju yang sama?”
“Setuju, biar kompak dan kelihatan serasi.”
Dalam
hati ku berfikir, “Gimana mau pakek baju yang warnanya sama, warna favorite ku
dan Geon nggak ada yang sama!”
“Kok ngelamun Ceri?”
“nggak kenapa kok!”
“Pakek baju putih yukz!”
“Udah ku tebak kamu bakalan ngajakin aku pakek baju
putih!”
“Terus kamu maunya apa?”
“Warnanya biru atau hitam.”
“Ach, nggak keren. Mending merah, atau putih aja?”
“Nggak mau!”
“Kenapa sih kamu terus aja nggak mau?”
“Kenapa juga kamu nggak pernah mau ngikutin pendapat
aku ?”
“Karena keinginanmu itu nggak selaaras sama aku.”
“ Ya sama.”
“Udah deh, ku capek berantem terus menerus sama
kamu.”
“kamu fikir aku nggak?”
“Ok, lo emang itu yang kamu rasakan. Kita putus
aja!”
“OK, kita putus!”
Tanpa
ku sadari ternyata ku terbawa emosi, sehingga aku mengucapkan kata itu pada
Geon. Dan Geon pun meninggalkan aku di mall.
Hari
ini tak seperti hari kemarin. Tak ada lagi Mr.Jutek yang nyebelin menelponku.
Sebenarnya aku tak ingin bubar sama Geon. Tapi, hal itu telah berlalu. Hubungan
yang dulu sangat ku dambakan akhirnya telah kandas tak sesuai dengan harapan.
“Ternyata kangen juga aku sama kamu Jutek, walaupun
kamu nyebelin tapi ngangenin!”, gumamku dalam hati.
Kisah
terdahulu terjadi lagi, pulang pergi sekolah sendirian. Terkadang aku sering
mengenang kisahku dengan Geon. Terutama saat aku berantem dengannya
Karena perbedaan pendapat dan selera. Ternyata
setelah menjadi kenangan hal tersebut sangat indah dan lucu, “I Miss You
Jutek!”